Selasa, 30 September 2014

WILAYAT PENEMPUH SANG SUFI WAHDATUL WUJUD

Yang dimaksud dengan Maqam adalah tingkatan atau wilayat yang akan (harus) dilalui oleh seorang sufi Wahdatul Wujud. Yang saya sebutkan dan jelaskan disini hanyalah Maqam yang inti-inti saja.

Takhalli

Takhalli merupakan tingkatan dimana insan,  karena beriradah kepadailahi, melakukan proses penyucian diri, dengan cara bertaubat, berpuasa,menyucikan diri jasmani, menekankan keinginan jasmani, menjauhkan fikiran dari kesenangan duniawi, dan membersihkan hati dari sifat-sifat mazmumah  (tercela).  Di dalam diri insan terdapat empat belas “gudang” yang mula-mula berisi kejahatan dan kegelapan; tujuh pada jasad dan tujuh pada ruh. Keempatbelasnya harus dibersihkan dan kelak diisi dengan perbuatan suci yang mahmudah (terpuji). Tujuh pada jasad adalah:  mata, telinga, hidung, mulut, tangan,  kaki, dan kemaluan.  Ketujuh ini harus disucikan dengan cara bertaubat atas segala perbuatan yang keji dan mungkar.
Untuk menyucikan ini, setelah bertaubat haruslah menggunakannya di jalan yang ditentukan oleh syariat Islam. Tujuh pada ruhani adalah titik-titik halus (lathifah atau lathaif) yakni:  lathifatul qalbi, lathifatul khafi, lathifatul akhfa, lathifatur ruh, lathifatus sirri,lathifatun nafsi, lathifatu kullu jasad. Semua lathifah ini harus dicuci danmencucinya harus dengan berzuhud. Dzikir merupakan pencuci lathifah,khususnya hati, sebagai mana Rasulullah bersabda “
Segala sesuatu ada pencucinya, dan pencuci hati adalah dzikir.
” Dzikir yang diutamakan adalah istighfar dan tahlil.

Tahalli

Setelah insan bertakhalli, saatnya dia harus bertahalli, yaitu menghiasi diri dengan amalan-amalan mahmudah (terpuji). Secara jasmani dia harus bersadaqah, baik kepada orang lain, kepada alam semesta, maupun kepada dirinya sendiri. Semua itu harus terprogram dalam kehidupan insan secarateratur, terencana, dan bertujuan yang jelas.  Dalam bertahalli ini, seorang insan bukan hanya mencintai amalan fardhu, tetapi juga amalan sunnah. Allah mencintai insan bukan dengan amalan fardhu, tetapi amalan sunnah. Insanharus menekan hasrat duniawinya dengan cara berpuasa dan zuhud lillahita’ala . Di waktu siang dan malam hanya mengingat Allah,  bersunyi diri,hanya mencari keridhaan Allah, menyeru dalam hati  Ilahi Anta Maqsuudi, Waridhaka Mathluubi . Hanya Allah yang dimaksudkan dan keridhaanNya yang dicari. Lisannya selalu basah dengan La ilaha illallah, dan hatinya selalu berdetak Allah-Allah, serta nafasnya naik turun mengikuti irama dzikir Hu....dan Allah..., setiap langkah kakinya disertai dengan Syahadata ini ,  pandanganatanya dijaga dari yang haram, telinganya, lisannya dan segalanya. Kemudian insan juga melakukan perjalanan spiritual tarikat dengan cara berdzikir dan berdzikir di waktu dan jangka waktu yang ditetapkan oleh tarikat masing-masing.  Namun maqam dzikirnya secara umum disebut sebagai berikut:

Mahabbah

awalnya insan harus menghadirkan cinta dan kerinduan kepada Allah. Bagaimana mungkin seseorang melakukan perjalanan secara berhasil jika dia melakukannya tanpa kerinduan terhadap apa yang dia cari. Cinta kepada Allah akan melahirkan cinta Allah kepada insan. Biasanya orang yang menjalani hal ini hanya sekedar mencari tahu saja, sudah pasti kegagalan yang akan dicapai, bahkan tidak sedikit yang mengalami gangguan kejiwaan. Cinta adalah persiapan awal untuk melakukan perjalanan dan kerinduan akan senantiasa menjadi motif pencarian dari tahap ke tahap.  Cinta dan kerinduan kepada Allah bukan hanya pembuka perjalanan bertahalli, tetapi juga akan senantiasa hadir dipertengahan dan di akhir perjalanan insan bertahalli. Pada maqam ini, insan berdzikir istighfar dan ya Rahman ya Rahim...

Mujahadah

Ini adalah tahapan dimana insan berupaya keras, berjuang melawan segala sesuatu selain Allah yang menghampiri hati dan fikiran. Biasanya iniadalah pengaruh dari semakin banyaknya kesibukan dunia yang menjebak kita. Dalam situasi ini,  kita benar-benar boleh mengukur sedalam apakah kita terjebak dengan dunia, semakin keras pejuangan kita, adalah pertanda bahwa ikatan dunia yang menjebak kita semakin keras, tebal, dan dalam.  Fikiran insan akanseperti seekor burung yang bertengger dari satu dahan kesibukan dunia kedahan ingatan dunia yang lain.
Hanya rahmat Allah saja yang bisa membuat insan berhasil melalui maqam ini. Insan harus senantiasa berusaha untuk menepis segala sesuatu selain Allah, sementara itu Allah pun belum dikenal,maka dengan demikian insan hanya bisa menepis segala-galanya karena Allah laisa kamistlihi syai’un , tidak serupa dengan apapun jua. Sang insan menahanlapar, haus, lelah, mengantuk; perjuangan jasad, hati, dan akal. Insan tetapberjuang sambil berdzikir  La ilaha illallah... ketika bayang-bayang apapunmuncul dalam hati dan pikirannya, insan berlindung dengan menyebutkan a’udzu billahi minka (aku berlindung kepada Allah dari engkau). Jika seoranginsan telah terlepas dari maqam ini, pertandanya adalah ketika tidak ada sesuatuapapun yang hadir, dan ini hal ini sangat sulit saya gambarkan dengan kata-kata. Namun sewaktu-waktu insan bisa saja terjatuh lagi dan harus bermujahadah lagi. Ini merupakan pintu masuk ke wilayat fana yang paling sulit, sangat sulit. Hal yang paling sulit untuk dilakukan dalam ber-WahdatulWujud, adalah menepis segala sesuatu dan tinggallah diri sendiri saja, mencariAllah.

Muraqabah

Di maqam ini, insan sudah tidak lagi menyadari hal lain selain dirinyadan Allah saja, dia berupaya untuk mendekat kepada Allah dengan hakikat-hakikatnya, dengan ilmu dan ma’rifat yang dia miliki, disertai dengan dzikir Ya Allah Ya Allah... pada saat ini, insan hanya menyadari bahwa Allahlah yang diatuju, hakikat Allah. Setelah melalui perjalanan yang keras. Cinta dan kerinduan tidaklah boleh surut, haruslah lebih bersemangat lagi. Hati merasa dituntun olehAllah dan inilah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Inilah jalan yangdicari dan dipilih oleh insan, untuk memenuhi panggilan Allah dalam surat al-Maidah ayat 35. Dan sebagai hasil dari upaya kerasnya, insan akan  berjumpadengan Allah (al-Insyiqaaq:6). Akan tetapi, masih terdapat hijab antara Allah dan insan; hijab inilah merupakan hakikat yang membedakan antara Allah daninsan.

Mukasyafah

Pada tahap ini, hijab tersingkap, Allah membuka hijab itu dengan rahmatNya, sehingga insan dapat (seolah-olah) melihat Allah dengan melalui NurNya. Inilah ihsan yang Rasulullah maksudkan, seolah-olah engkaumelihatNya, dan jika tidak maka Dia melihat engkau . Cahaya itu semakin lama semakin dekat, besar, dan terang. Insan melihat Nur. Lisan telah mati, hati danakal berdzikir tanpa nama, hanya menunjuk pada Dia (  Hu... , atau ada sufi lainmengatakan
 Hua...).

Musyahadah

Di maqam ini, insan melakukan persaksian (syahadah) yang sesungguhnya, seperti insan mengakuiNya ketika berada di Alam Arham,dimana Allah bertanya “ Alastu birabbikum, dan insan menjawab BalaaSyahidna... ” yang saya  temukan adalah “ Syahidna ala anfusana watsabataindanaa, Anta Khaliiquna, wa Anta Rabbuna, wa La ilaha illa Anta. ” Ini adalah persaksian sesungguhnya kepada Allah, dimana hanya ada Allah dan insan,hamba yang terpilih.

Mukafanah

Pada tahapan ini, saya tidak bisa menjelaskan apa-apa lagi, melainkan menyebutkan bahwa inilah saatnya lumpuh segala ilmu dan ma’rifat, lumpuhnya kesadaran insaniyah, dan lebur ke dalam hakikat ilahiyah dan.... (.) sekali lagi, tidak ada lagi yang dapat dibicarakan oleh kata-kata disini. Dan inilah puncak tertinggi perjalanan spiritual, Wahdatul Wujud. Saya memohon ampun kepada Allah karena telah membuka rahasiaNya, demi mengembalikan iman pada tempatnya.

KEJADIAN ADAM

Maka tatakala dikehendaki Allah Taala menjadikan lembaga Adam, maka dihimpunkan air, tanah, api dan hawa(haba) lalu Tajlli hak Taala kepada tanah itu dengan berbagai Tajlli Sifat dan Zatnya maka digengamnya segengam daripada bumi itu dengan gengaman Jabrautnya, maka dihantarkannya ia pada alam Malakut adalah tanah yang digengam itu pilihan daripada segala tanah, maka dengan haq Allah Taala tanah segengam itu dengan beberapa rempah-rempah, bau-bauan, daripada  Nur Sifatnya,  maka diturunkan Allah Taalah hujan atas tanah yang segengam itu.
Dengan Sifat Jalal dan Jamal maka dijadikan lembaga  oleh hak Allah Taala  akan tanah yang satu gengam itu dengan berbagai-bagai nafas alam malik, dan alam malakut itu maka dihantarkan ia lembaga itu pada pihak Qudrat
 yang antara medan “azali” dan “abaad” hingga berlakulah atas segala sabit yang tersebut daripada  "israkulalzat" dan segala alam yang tersebut daripada  qamar al-sifat, tetapi  tiada menzahirkan dan tiada mashur namanya dan segala perinya pada segala malaikat dan segala jin seperti firman allah yang maksudnya”sesungguhnya telah datang atas adam sesuatu masa yang tidada ada ia sesuatu yang disebut akan dia yakni adalah berlalu atas  lembaga adam kira kira 120 tahun lamanya iaitu:-
 Pada tanah yang bercampur  dengan air kira-kira 40 tahun lamanya.
 Pada tanah kering kira-kira 40 tahun lamanya.
Pada tanah hitam busuk kira-kira 40tahun lamanya.
Setelah itu maka dipersalinkan hak taala akan lembaga itu dengan persalinan kemuliaan, maka terdidinglah penglihatan segala malaikat daripada melihat hakikat rupa lembaga itu daripada melihat yang dijadikan allah Taala denga kemulianya dan Samad dan Jalalnya dan Jamalnya dan Zatnya pada menyempurnakan akan kejadian lembaga Nabi Allah Adam,
Maka adalah tilik segala malaikat kepada lembaga itu dengan tilik kehinaan pada penglihatan meraka itu kerana kurang makrifat mereka itu akan kebesaran  dan martabat lembaga  itu. dan dibutakan Allah Taala akan mata Iblis daripada melihat segala rahsia didalam lembaga nabi allah adam itu hingga dibesarkan dirinya daripada lembaga itu.

Berkata segala ulama tetakala dikehendaki allah taala menjadikan nabi allah adam, maka ia berfirman seperti yang tersebut didalam alquraan yang ertinya,  pada ketika firman tuhan engkau bagi segala malaikat bahawa sesungguhnya aku hendak menjadikan insan daripada tanah, maka firman allah taala kepada Jibril Alaisalam, Hai Jibril, pergilah engkau ke bumi ambil olehmu tanah daripada segala bumi. Aku hendak menjadikan suatu kejadian daripdanya. maka Jibril pun turunlah ke bumi lalu hendak diambilnya akan tanah daripada bumi itu maka disumpah oleh bumi akan dia serta katanya demi Allah jangan engkau ambil akan daku, bahawa aku takut dijadikan Allah Taala suatu daripada aku tiada kuasa aku menanggung siksa neraka, maka Jibril pun kembalilah kehadrat Allah, maka dipersembah Jibril, Ya Tuhanku engkau jua yang mengetahui bahawa hambamu disumpah oleh bumi...
Setelah itu maka dititahkan Allah akan Mikail pun mengambilnya akan bumi itu, maka Mikail pun pergilah lalu hendak diambilnya akan bumi itu maka lalu disumpahnya oleh bumi tu akan ia. Maka ia pun kembali ke hadrat Allah Taala serta sembah ia seperti sembah Jibril itu jua.
Setelah itu maka titahkan Allah Taala akan Israfil pula mengambil akan bumi itu, maka Israfil pun pergilah lalu hendak diambil akan bumi itu maka lalu disumpahi akan dia, maka ia pun kembali ke hadrat Allah Taala serta sembahnya seperti sembah Mikail itu jua.

Setelah itu maka dititahkan Allah taala akan Izrail pula, maka Izrail pun pergilah ke bumi hendak mengambil tanah daripada bumi itu, maka disumpahnya oleh bumi juga akan dia. Seperti sumpahan akan Jibril ["serta katanya demi Allah jangan engkau ambil akan daku, bahawa aku takut dijadikan Allah Taala suatu daripada aku tiada kuasa aku menanggung siksa neraka"] Maka kata Izrail hai bumi tiada dengan kehendak aku yang aku ambil daripada mu maka dihantarkan tangannya daripada Musyrik hingga sampai kepada segala bumi maka diambilnya lah daripada segala jenis tanah itu daripada tanah putih, merah, hitam, kuning, kelabu, dan barang sebaginya maka sebab itulah jadi berlain-lainan rupa pada tubuh nabi allah adam.

Maka dibawa oleh Izrail akan tanah itu kehadrat  Taalah serta sembahnya, Ya Saidi Ya Maulana  engkau jua tuhan  yang  terlebih mengetahui akan hal hambamu disumpah oleh bumi  inilah tanah yanga ku ambil daripadanya. Maka Firman Allah Taala, hanya  Izrail telah aku ketahui engkau disumpahnya, tetapi sumpahanya itu aku tolakkan daripada mu kerana engkau mengerjakan suruhku dan aku serahkanlah kepada mu mengambil NYAWA segala yang aku jadikan itu, maka sembah Izrail , ya Tuhanku jika yang sedemikian itu jadi berseterulah mereka dengan hamba mu ini.? Maka firman Allah Taala, hai Izrail tiada dapat berseteru mereka itu akan dikau kerana aku jadikan baginuya suatu sebab, dengan mati dibunuh, mati dimakan binatang atau mati lemas didalam air atau mati dengan sesuatu penyakit akan dia.

Setelah itu Firman Allah Taala kepada Malaikat, ambil olehmu air empat bagi (bahagian), cucurkan kepada tanah itu, maka Malaikat pun pergilah ke dalam surga mengambil ia air manis, air masam, air putih dan hanyir dan cucur seperti friman allah taala dalam hadis qudsi, yang ertinya aku “hamarkan” lembaga adam  dengan dua tangan kudart ku, empat hari maka jadilah dariapda
- air manis itu air liur
- dan daripada air masam itu air mata
- dan daripada air hanyir itu air hidung
- dan daripada air putih itu air telinga.

Kata Wahab bahawa kejadian Allah Taala akan Nabi Allah Adam itu daripada tujuh petala bumi,
Kepalanya itu daripada bumi yang pertama.
Lehernya itu daripada bumi yang kedua.
Ddadanya daripda bumi yang ketiga.
Kedua tangan itu daripada bumi yang keempat.
Belakang badan dan perutnya daripada bumi yang kelima.
Dan pingangnya daripada bumi yang keenam.
Kedua betisnya dan kedua tapak kakinya daripada bumi yang ketujuh.
Dan  pada satu riwayat kata Ibni Abas r.a.h. telah menjadikan oleh Allah Taala akan jasad Adam a.l.s daripada segala iklim dunia.
Kepalanya itu dariapda tanah Kaabah
Dadanya itu daripada segala pihak bumi
Belakangnya dan perutnya itu daripada tanah Hindi
Dua tanganya itu daripada tanah Masyrik
Dua kakinya itu daripda tanah Magrib
Dan pada satu riwayat yang lain pula telah berkata Ibnu Abas r. telah menjadi oleh Allah Taala akan jasad Adam a.l.s
Kepalanya itu daripada tanah Baitul Mukadis itu tempat akal dan cerdik dan berkata-kata.
Mukanya itu daripada tanah Syurga - tempat keelokan dan tempat perhiasan.
Dua telinganya itu dariapda tanah Tursina - itu tempat mendengar nasihat.
Dahinya itu itu daripada tanah Iraq - tempat  sujud bagi Allah Taala
Segala kakinya itu daripada tanah Kausar
Tangannya yang kanannya dan segala anak jarinya daripada tanah Baitul Kaabah
Tangannya yang kiri itu daripada tanah Parsi
Dua kakinya dan serta dua bvetisnya itu daripada tanah Hindi
Tulang itu daripda tanah Bukit
Uratnya itu daripada tanah Negeri Bil Bil
Belakangnya itu daripada tanah Iraq
Perutnya itu daripda tanah Khurasan
Hatinya itu daripada tanah Firdaus
Lidahnya itu daripda tanah Taif
Mata itu daripada tanah Hud.
Telah menjadikan Allah taala didalam Adam itu sembilan pintu, tujuh dikepalanya iaitu dua matanya, dua telinganya, dua lubang hidunnya, dan mulutnya. Dan dua lagi qubul dan dubur.
Dan dijadikan pacaindera yang lima itu:-
Penglihatan pada mata
Pendengaran pada telinga
Perasa pada mulut
Penjabat (deria) pada badanya
Penciuman pada hidungnya
 
Bahawa ROH itu masuk ia daripada otaknya, maka berkelilinglah ia didalamnya pada kadar 200 tahun, Kemudian  turun roh itu kepada mata maka menilik ia akan dirinya maka melihat ia akan dirinya tanah yang kering maka tetakala sampai ia akan dua telingnya nescaya mendengar ia akan tasbih segala malaikat, kemudian turun ia kepada hidungnya maka bersin ia maka tetakal selesai daripada bersinnya turunlah ruh itu kemuluntya dan kepada lidahnya dan kepada kedua telinga dan telah mengajar oleh allah taala akan bahawa berkata ia Alhamdulillah maka menjawab ia akan dia denga kata Ya Harkam robik ya Adam.

Turun ruh itu kedadanya maka bersegera ia hendak berdiri maka tiada dapat akan dia berdiri itu. Bermula demikian itu firman allah taala yang ertinya adalah perangai manusia itu sangat bersegera, maka tetakala sampai roh itu kepada ronga perutnya  maka inginlah ia akan makan kemudian mesralah roh itu pada sekelian tubuhnya maka jadilah daging dan darah dan urat yang besar-besar dan urat-urat yang kecil dan dianugrahkan oleh allah taalah akan pakaian kulit yang sangath halus seperti KUKU bertambah-tambah tiap tiap hari keelokkan dan Jamalnya. Terpancar Nur Muhammad dengan brseri-seri pada wajahnya.
Bertukarlah pakaian kulit seperti kuku itu kepada keadaan kulit yang sekarang ini apabila diperintahkah Allah Taala turun Nabi Adam turun ke bumi. Sesungguhnya Nabi Allah Hawa itu dari tulang rusuk yang kiri Nabi Allah Adam.

DERAJAT TAUHID

Para sufi, para ahli hakikat, selalu sahaja ribuan langkah lebih maju dan lebih kedepan dari yang bukan sufi dan bukan ahli hakikat. Kata tauhid senantiasa diertikan dengan menyucikan Allah dan tidak menyekutukanNya. Para sufi,khususnya sufi aihdatul Wujud, mendapatkan pemahaman yang lebih tinggi dari itu. 

Marilah kita bahas empat derajat tauhid.

Tauhidul Asma

Persoalan nama Allah  merupakan persoalan yang sering dibahas asal-usulnya. Sebagian lbahan bacaan menyebukan bahwa kata “Allah” merupakan destinasi terakhir dari El, Eli, Elah, Ilah, Allah.  Semua kata ini, konon, berasal dari bahasa Aram. El digunakan untuk merujuk pada Dzat Mulia, digunakan oleh Ezra. Sementara itu, Eli digunakan di zaman nabi Isa as. Misalnya dalam kitab tertulis Yesus berteriak “Eli Eli Lama Sabaktani” yang ertinya “Tuhan,Tuhan, mengapa Engkau tinggalkan daku.” Kemudian kata Elah dan Ilah yangdigunakan untuk arti yang sama sampai pada bahasa Arab (ilah artinya Tuhan) dan Allah dengan tujuan yang sama, Tuhan. Tentang hal ini, sangat terbuka untuk dikritik.Jika dilihat dengan baik, maka perjalanan sebutan Allah ini melaluiproses panjang namun pada satu konteks, yaitu konteks bahasa lokal yangmenderivasi atau turun-menurun; dari bahasa Aram, Ibrani, ke Arab.
Pertanyaannya adalah, apakah benar Allah adalah nama Tuhan secara dzat?Hal penting yang harus dicermati adalah bahwa al-Qur’an turun dengan bahasa Arab yang mudah dipahami oleh masyarakat Arab sendiri. Misalnya nama Allah sendiri. Dalam al-Qur’an surat al-Qashash ayat 30 misalnya, Allah mendeklarasikan dirinya secara demikian.
Allah Maha Mengetahui, hanya kata“Allah” saja yang paling relevan bagi bangsa Arab untuk merujuk pada diriNya. Bagaimana jika al-Qur’an tidak turun dalam bahasa Arab, namun bahasa Inggris, tentu saja kita tidak akan menyebut namaNya  Allah namun God. Jika memang benar Allah adalah nama Tuhan, maka betapa kasar dan tidak sopannya kita karena menyebut namaNya tidak lebih dari sepertimemanggil nama teman kita. Kepada ayah kita tidak memanggil nama, kepada guru kita tidak juga berlaku demikian, tetapi kepada Allah kita memanggilnamaNya? Ini suatu hal yang tidak pernah difikirkan oleh yang bukan ahli hakikat. Sesungguhnya, ketika Allah mendeklarasikan ketuhananNya “innanyAnnallah” dimaksudkan “Sesungguhnya Akulah Tuhan” dan Tuhan adalahhakikatnya, dan bukan nama dzatNya yang sesungguhnya tidak berhuruf tidak  pula bersuara. Sehingga pada tahap nama, Allah hanyalah sebuah sebutanhakikat sebagai Tuhan dan bukan nama dzatNya. Allah hanya mengajarkanbagaimana mensifatiNya lewat asmaulhusnah, namun mengenai hakikatdzatNya sendiri, Allah adalah Sirr (Rahasia). Oleh karena itu, al-Hallaj lebihsuka menyebut “Ana al-Haqq” ketimbang “innany Annallah”. Nama dzatNyatidak tersentuh, dan hanya bisa ditauhidkan dengan ma’rifat, Hu (Dia).Sebagaimana ketika para sufi telah mengalami fana’, kebingungan melanda.Mereka tidak lagi bisa membedakan mana Allah dan mana Allah dalamsebutan. Insan Wihdatul Wujud tidak menemukan Tuhan sebagai Allah saatfana’ namun menemukan Dia sebagai Dia.

Tauhidus Shifat

Setelah mentauhidkan asma Allah secara ma’rifat sebagai sirr, maka sesudah itu mentauhidkan sifat-sifat ilahiyah. Beberapa sifat yang sangat relevan adalah bahwa Allah itu Wujud. Wujudnya Allah merupakan kenyataan maujud insan.
Mentauhidkan Wujud Allah adalah sekaligus mentauhidkan yang maujud. Allah hadir dalam maujud insan, baik sebelum, sedang, dan sesudah maujud itu ada. Jika melihat makhluk,  maka itu adalah cerminan Qidam Khaliq. Kemudian, Allah Qiyamuhu Ta’ala binafsihi, seperti huruf alif yang berdiri tegak tanpa penyanggah apapun. Allah pun beriradah dan insan pun demikian,hingga qudrat ilahiyah pun ada pada qudrat insaniyah seperti yang telahdi paparkan sebelumnya.
Mentauhidkan sifat Allah adalah mengumpulkan segala sifat kepada Yang Satu dan mengembalikan Yang Satu kepada yang segala. Melihat sifat Allah pada insan dan semesta, merupakan wujud tauhidus shifat, dan juga sebaliknya, melihat sifat insan sebagai wujud sifat Allah. Akan tetapi hal ini hanya berlaku untuk para sufi yang sudah berzuhud menolak dunia dan akhirat. Bagi anda yang bukan atau baru akan menuju ke Wihdatul Wujud, hal ini sangat diharamkan bagi anda; oleh karenanya anda pun mengharamkanhal demikian.Mengakui bahwa sifat insan merupakan wujud sifat Allah tanpa ma’rifat sebelumnya merupakan pengakuan buta, dan kafir.
Bukan hanya kebanyakan para ahli fiqih mengkafirkan ajaran ini, tetapi para sufi pun akanmengharamkan pengakuan ini, jika diakui oleh orang yang belum mengalaminya, atau belum melalui jenjang-jenjang yang sudah ditentukan.

Tauhidul Af’al

Perbuatan merupakan wujud sifat, dan begitu pula sebaliknya. Kita melihat bumi berputar, matahari bergerak, angin bertiup, dan sebagainya,hingga jantung berdetak, merupakan af’al Allah pada alam dan pada insan.
Mentauhidkan perbuatan Allah maksudnya mengembalikan segala hakikat perbuatan pada qudrat dan iradat, baik itu hakikat ilahiyah maupun insaniyah. Qudrat Allah adalah bahwa Dia berkuasa melakukan apapun yang Dia inginkan, dan Iradah Allah adalah bahwa Dia berkehendak sesuai dengan keinginanNya sendiri. Tidak demikian pada perbuatan insan. Meskipun insan memilki qudrat (kuasa) untuk melakukan apa yang diinginkan, tetapi insan memiliki qudrat yang berada dibawah qudrat Allah. Begitu juga iradah (kehendak), walaupun insan berkehendak pada sesuatu, namun iradah Allahyang menentukan.Tauhidul af’al adalah mengembalikan segala perbuatan insan yang dilakukan atas dasar qudrah dan iradah kepada qudrah dan iradah Allah. Ertinya, kita tidak akan berkuasa tanpa izin Allad, dan tidak pula mencapai kehendak tanpa izin Allah. Akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa semua perbuatan akan dihukumkan sebagai perbuatan Allah. Perlu dipisahkan antara perbuatan Allah dan perbuatan insan (Af’al Allah dan af’al insan).
 Af’al Allah meliputi af’al insan, sedangkan af’al insan berada di dalam dan di bawah af’al Allah. Sehingga dari segi perbuatan, meskipun insan yang mempertanggungjawabkan perbuatannya tanpa didzalimi oleh Allah, tetap saja semua bergerak pada koridor yang sudah ditentukan oleh Allah sendiri. Inilah mengapa sehingga para sufi yang perbuatannya sudah terikat zuhud selalu merasa dibimbing oleh Allah.Sebagaimana ditegaskan dalam sebuah dalil:
“Apa bila Aku sudah mencintai hambaKu, maka Aku menjadimatanya dan denganKu dia melihat, Aku menjadi telingaNya dandenganKu dia mendengar; Aku menjadi lisannya dan denganKu diaberkata-kata...”
Dalil ini menegaskan bahwa bagi orang yang sudah mentauhidkan perbuatan (Af’al Allah dan insan) akan senantiasa terjaga, karena dia tidak akan melakukan perbuatan apapun terkecuali itu diizinkan oleh Allah, dan sesuai dengan ketentuan Allah sendiri. Inilah Wihdatul Wujud, dan bukan menganggap bahwa perbuatan manusia merupakan perbuatan Allah. Saya ingatkan, bahwa ini diharamkan bagi orang-orang yang belum sampai pada tingkatan yang seharusnya; bukan dikafirkan oleh orang yang belum sampai ilmunya.

Tauhiduzzat

Tingkat ini adalah tingkat paling tertinggi dari mentauhidkan Allah.Tauhid bukan semata-mata bertawakkal dan menolak tuhan selain Allah, tetapi juga menolak segala sesuatu selain Allah. Akan tetapi penolakan ini hanya bermaksud untuk mendapatkan pengenalan yang murni, tanpa ada distorsi saja.Tauhid bukan hanya mengumandangkan tahlil dan melaknat latta, uzza, dan manatta. Akan tetapi tauhid juga mensucikan Allah dari segala sesuatu selain Dia, termasuk diri sendiri.
Jangan mengira diri sendiri tidak bisa menjadi berhala. Jika seseorang telah melakukan shalat selama puluhan tahun, hingga dahinya menghitam sebagai bekas sujudnya, dan dia merasa sudah menjadi ahli ibadah, maka perasaan dan dirinya itu akan menjadi “sesuatu” selain Allah yang boleh menghalangi dia dari pengenalan Allah yang sesungguhnya. Allah adalah Dzat Yang Maha Tinggi, Mulia, Indah, dan seterusnya. Dia tidak serupa dengan apapun, dan tidak bisa digambarkan dengan apapun.Wahdatul Wujud tidak pernah menggambarkan Dzat Allah, apalagi menyamakan Allah dengan diri sendiri, ini fitnah. Wahdatul Wujud tidak pernah mengklaim bahwa diri adalah Allah, ini juga fitnah. Wahdatul Wujudtidak pernah menceritakan Dzat Allah, melainkan Wahdatul Wujud adalah sebuah kesadaran mistis bertemunya dengan Allah tanpa diri sendiri. Allah tidak akan pernah didapati dengan penglihatan, baik dengan matahati maupun dengan mata kepala.
Namun Dzat Allah boleh disadari hakikatNya,tentu saja hal ini tidak akan diterima bagi orang-orang yang belum melewati tarafnya. Mentauhidkan Dzat Allah adalah menyadari bahwa Allah memiliki DzatNya sendiri yang terlepas dari dzat-dzat lain. Di saat yang sama, mentauhidkan Dzat Allah adalah melupakan dzat-dzat lain, dan hanya Allah satu-satunya Dzat yang Maha Ada; yang lain hanya diadakan saja.Di dalam hadits qudsi Allah berfirman, “Disaat engkau hadir maka Akupun ghaib; dan disaat engkau gaib maka Aku pun hadir.” Dalam hadits qudsilain “Sesungguhnya Akulah yang maha Nyata, namun kenyataanmu telahmerenggut kenyataanKu.” Dua hadits qudsi ini menjadi jaminan bahwakenyataan diri sendiri (maujud) merupakan penghalang yang menyebabkankenyataan Allah (Ujud) menjadi gaib
Jangan mengira diri sendiri tidak bisa menjadi berhala. Jika seseorangtelah melakukan shalat selama puluhan tahun, hingga dahinya menghitam sebagai bekas sujudnya, dan dia merasa sudah menjadi ahli ibadah, maka perasaan dan dirinya itu akan menjadi “sesuatu” selain Allah yang boleh menghalangi dia dari pengenalan Allah yang sesungguhnya. Allah adalah Dzat Yang Maha Tinggi, Mulia, Indah, dan seterusnya.Dia tidak serupa dengan apapun, dan tidak bisa digambarkan dengan apapun.Wahdatul Wujud tidak pernah menggambarkan Dzat Allah, apalagi menyamakan Allah dengan diri sendiri, ini fitnah. Wahdatul Wujud tidak pernah mengklaim bahwa diri adalah Allah, ini juga fitnah. Wahdatul Wujud tidak pernah menceritakan Dzat Allah, melainkan Wahdatul Wujud adalah sebuah kesadaran mistis bertemunya dengan Allah tanpa diri sendiri.
Allah tidak akan pernah didapati dengan penglihatan, baik dengan matahati maupun dengan mata kepala. Namun Dzat Allah bisa disadari hakikatNya,tentu saja hal ini tidak akan diterima bagi orang-orang yang belum melewati tarafnya. Mentauhidkan Dzat Allah adalah menyadari bahwa Allah memiliki DzatNya sendiri yang terlepas dari dzat-dzat lain. Di saat yang sama, mentauhidkan Dzat Allah adalah melupakan dzat-dzat lain, dan hanya Allah satu-satunya Dzat yang Maha Ada;  yang lain hanya diadakan saja. Di dalam hadits qudsi Allah berfirman, “Disaat engkau hadir maka Akupun ghaib; dan disaat engkau gaib maka Aku pun hadir.” Dalam hadits qudsilain “Sesungguhnya Akulah yang maha Nyata, namun kenyataanmu telahmerenggut kenyataanKu.” Dua hadits qudsi ini menjadi jaminan bahwakenyataan diri sendiri (maujud) merupakan penghalang yang menyebabkankenyataan Allah (Ujud) menjadi gaib.
Untuk mencapai derajat tauhiduzzat, maka insan harus mampu “mengingat hanya Allah dan melupakan selain Allah”  termasuk melupakan diri sendiri, karena diri sendiri adalah sesuatu selain Allah.
Ketika Dzat Allah menampakkan diri, maka dzat diri sendiri menjadi luluh lantak, sirna seperti setetes air masuk ke samudra tak bertepi;  lebur seperti gunung-gunung hancur dan nabi Musa as pun pingsan (tidak menyadari bahwa dirinya maujud). Proses demikian disebut fana’.  Imam Ali menyebutkan bahwa dia pernah mengalami hal ini (dalam kitab Tanyalah Aku Sebelum Engkau Kehilangan Aku) bahkan Imam Ali (Sayidina Ali) mengalami fana di dalam fana, hingga hanya Allah yang disaksikan, diri sendiri sudah dilupakan. Fana’, menurut para sufi, juga terbagi menjadi fana fil af’al, fana filasma, fana fis shifat, dan fana fiz dzat. Fana tingkat ini adalah fana tauhid tertinggi, dan hanya dengan cara ini insan dapat engenal Allah secara kaffah. Seluruh penjelasan dari sebelumnya hingga di tahap ini merupakan serangkaian yang tidak dapat dikaji secara terpisah.
Salah satu penyebab adanya salah tafsir terhadap Wahdatul Wujud adalah karena tafsiran terpisah. Semua ini juga tidak mungkin boleh didapati dengan cara berfikir, namun dengan cara melaksanakannya. Oleh sebab itu, sangat rugi orang-orang yang mengkafirkan dan membunuh para auliya Wahdatul Wujud dengan berdasar pada pengetahuan dan kajian setengah jalan, sudah barang tentu alasannya karena apa yang mereka sampaikan adalah sebuah kesadaran spiritual yang luar biasa dahsyat.  Akan tetapi, juga disadari bahwa semua ini adalah rahasia Allah yang harus ditutupi. Tetapi sampai bila? Jika semakin lama semakin banyak para auliya dikafirkan dan dibunuh?  Dan meskipun rahasia Allah, dalam sebuah hadits qudsi disebutkan bahwa “Innahu Sirri wa Anaa Sirruhu” yang ertinya “Sesungguhnya hambaKu adalah rahasiaKu dan Aku adalah rahasianya. ” Rahasia Allah ada dalam diri kita sendiri, dan apa yang kita alami akan selalu menjadi rahasia Allah.
Sehingga rahasia ini sebenarnya adalah rahasia antara kita dan Dia, sangat personal dan oleh karena itu hanya boleh diungkap kebenarannya melalui pengalaman dan bukan bacaan semata.

SHOLAT DARI SEGI SUFI : SANTAPAN RENUNGAN

Mengikut pengajian , pengertian solat ada banyak peringkat dari sudut ilmu berlapis lapis Solat ni mustahak sebab kita buat hari hari, kita nak tahu macam mana solat yang sempurna , jangan kita sangka kita sudah menguasai solat ,sedangkan solat itu sendiri terlalu luas pengertiannya .

Kalau sebut saja solat apa yang kamu faham tentang solat , solat yang biasa kita sebut sembahyang. sembahyang tu bahasa melayu, kalau mengaji macam ni, nak disebut sembahyang pun tak nak kerana sembahyang tu tidak secara khusus .sembahyang tu boleh pergi bermacam macam agama ,cina ada sembahyang India pun ada sembahyang dan belbagai bagai lagi, tapi solat itu hanya untuk orang islam sahaja ,walau pun ia bahasa arab.
Saya dulu pun tak tahu apa bezanya antara sembahyang dengan solat tapi apabila mengaji macam ni ada bezanya sekarang kita nak mengaji bab solat bukan sembahyang .

Solat itu banyak maknanya, ada orang solat itu membawa maksud penyerahan , ada orang solat itu membawa maksud bersih , ada orang solat itu membawa maksud bertaubat, berbagai bagai pengertian solat itu. Kenapa pula berbeza solat dengan sembahyang sebab jika kamu sembahyang…………

Jika kamu sembahyang siapa kamu sembah

Jika kamu sembahyang siapa kamu sembah, kita rasakan kamu sembah Allah, macam mana kita nak sembah Allah , berdiri atau duduk atau tidur atau baring? .Kita mesti yakin dengan solat kita. Ramai yang sembahyang dapat penat sahaja tapi dia kata dia sembahyang ,besok bila dia mati tuhan sedia satu tempat untuk gulungan ni ,yang masuk tempat orang sembahyang sahaja, dia tidak mencuri tidak buat jahat tidak bunuh orang tapi dia masuk Neraka Neraka WEL khas untuk orang yang dia sangka dia sembahyang . itu lah saya tanya kamu dah tahu ke solat ?,nak cakap tahu tak berani nak cakap tak tahu pun tak berani tapi kalu solat tak boleh tak berani kot kot pun tak boleh ,mesti yakin ,kalau tidak ,buat apa kamu solat. Contoh kalau kamu tak puasa ,kamu yakin tak kamu tak puasa, kamu yakin , jadi kamu yakin ,solat kamu sempurna? tadi solat magrib, kamu yakin solat kamu sempurna dah habis solat kamu sampai salam? ,rasa tak, solat kamu sempurna ? kamu tahu tuhan terima solat kamu. Wallahualam ( tak tahu ), bukan tak tahu, memang tak terimanya ,pasal tuhan tak pernah ragu , yang ragu kita .Tuhan tak pernah silap, kalau Dia kata kamu tak solat ,tak solat lah ,solat tak boleh main main, jangan takut saya cerita ni ,saya dulu pun macam tu juga ,mashaAllah apa nak jadi solat saya ni ,nak keluar air mata dibuatnya tapi tak pa , yang sudah tu sudahlah kita buka buku baru , cari ilmu macam mana nak belajar solat.

Tadi kamu kata sembahyang kamu tu sembah Allah, macam mana nak sembah allah, tunduk , berdiri tak boleh baring tak boleh kalau kamu sembah Allah apa yang kamu persembahkan jika kamu sembah sultan. sultan yang panggil kamu mengadap , apa yang kamu persembahkan, tentulah ada barang nya, ada perkaranya yang kamu nak persembah .kalau kamu sembah Allah,  apa barang yang kamu bawa mempersembahkan kepada tuhan. kalau ada pun barang yang kamu nak persembahkan kepada tuhan .barang tu siapa punya. ada tak barang yang kamu tengok dalam dunia yang kamu punya, kalau tak ada .kamu nak persembahkan amalan kamu kepada tuhan , amalan kamu tu siapa punya, nak persembahkan diri kamu kepada Tuhan, diri kamu siapa punya ,jadi macam mana nak sembah Allah dan apa yang nak dipersembahkan jadi lama lama kamu fikir bukan sembahyang tapi Solat. Itu dari segi bahasa sahaja orang yang meggaji tasauf bahasa tu sangat mustahak ,salah bahasa rusak akidah ,rusak akidah rusak tauhid ,rusak tauhid bukan mukmin sebagai contoh alam semula jadi kita pun biasa sebut cantiknya alam semula jadi, kalau kamu mengaji syirik. Kalau kamu tak mengaji tak apa ,kenapa syirik. saya usul ,alam tu dia jadi dengan sendiri ke? . siapa jadi alam ni ,Allah, boleh kita kata alam tu semula jadi ,tak tahu tak apa ,kalau dah mengaji jangan sebut.

Banyak orang kata kamu solat kerana apa , kamu solat kerap kerana Allah, salah tak jawapan tu ?,kalau saya kata salah marah , betul  jawapan tu tapi tak cukup nak melepas dari neraka Weil., heeee..........

Saya bagi jawapan dan kamu cari sendiri

Adakah kamu solat kerana Allah
Adakah kamu solat kerana terbiasa
Adakah kamu solat kerana masuk waktu
Adakah kamu solat kerana nak surga
Adakah kamu solat kerana takur neraka
Adakah kamu solat kerana solat tu wajib

Contoh kalau solat kerana Allah, saya lakun kan, Tuhan ,ambillah solat aku. aku solat kerana engkau .siapa kaya tuhan kaya atau kamu kaya .kamu lah kaya kamu bagi solat pada Tuhan. Tuhan pun kata aku ambil solat engkau . Tuhan nak buat apa solat kita nak simpan kat mana. Solat yang kamu buat tu siapa punya , kamu punya ke.

SHOLAT CARA RASULULLAH SAW

Berdiri untuk solat

Berdiri dengan lurus, kedua belah kaki sama tegak, mengarah kiblat dengan menundukkan pandangan memandang ke tempat sujud dan mengarahkan hujung-hujung jari kaki ke kiblat dengan merenggangkan antara dua kaki(jangan sangat dirapatkan dan jangan sangat dijauhkan.
Takbiratul ihram

Takbiratul ihram ialah mengangkat tangan dan meletakkan tangan dalam solat.
Apabila hendak bertakbiratul ihram, angkatlah kedua belah tangan ke daun telinga sejajar dengan bahu dengan mengarahkan anak-anak kedua tanagn ke kiblat serta mengembangkannya. Sesudah itu ucapkanlah takbiratul ihram: Allaahu Akbar”Allah adalah terbesar dari segala yang besar”.
Setelah selesai ucapan takbir, turunkan tangan dengan perlahan-lahan dan letakkan di atas dada dengan menggenggamkan pergelangan tangan kiri dengan kelingking, jari manis, jari tengah dan ibu jari tangan kanan, serta mengulurkan telunjuk tangan kanan atas tangan kiri itu.

Cara mengangkat tangan ini ada tiga:

1. Mengangkatnya beserta permulaan takbir.

2. Mengangkatnya dengan tidak bertakbir. Sesudah kedua-dua tangan tetap, barulah bertakbir. Sesudah selesai bertakbir barulah tangan diturunkan.

3. Mengangkat tangan beserta permulaan takbir dan selesai mengangkat tangan beserta selesai takbir. Sesudah selesai takbir, barulah tangan diturunkan.

Dari Ibnu Umar r.a. katanya:

“adalah Rasulullah apabila telah berdiri untuk bersolat, beliau mengangkat kedua tangannya, kemudian baru bertakbir.” [Shahih Muslim]
Rasulullah apabila berdiri untuk solat, beliau mengucapkan Allahu Akbar, beliau tidak mengucapkan apa-apa sebelumnya dan tidak pula melafalkan niat. Beliau tidak mengucapkan: usalli-lillahi-kadza-mustaqbilal qiblati-arba’a raka’atin-imama/makmuma-ada’an-qadhaan-fardhal waqti. Kata-kata ini bidaah. Tidak ada seorangpun menukilkan dari Rasulullah s.a.w. baik dengan sanad sahih, daif, musnad atau mursal. Demikian juga tidak dinukilkan dari seorang sahabat. Hal itu juga tidak dipandang baik oleh seseorang Tabi’in dan tidak pula oleh imam empat. Hanya sebahagian ulama mutaakhirin salah memahamkan pendapat As-Syafie yang mengatakan bahawa:
Solat tidak sama dengan puasa. Tiap-tiap orang yang masuk ke dalam solat dengan ucapan zikir.”
Mereka menyangka bahwa yang dimaksudkan dengan zikir ialah melafalkan niat oleh mereka yang hendak bersolat itu. Sebenarnya As-Syafie bermaksud dengan zikir ialah ucapan takbiratul ihram. Beliau juga tidak menyukai susuatu yang tidak pernah dilaksanakan Rasulullah s.a.w. walupun dalam satu solat saja tidak pula dilakukan oleh seorang Khilafa ataupun oleh salah seorang sahabat.
Yang lebih buruk lagi ialah mengulang-ulangi lafal niat hingga terkadang memakan masa satu rakaat solat dan mengganggu orang di sekelilingnya.
 
Iftitah dalam solat

Raulullah s.a.w.setelah takbiratul ihram, berdiam agak lama tidak terus membaca Al-Fatihah. Di dalam diam itu baginda membaca iftitah.

Tasbih iftitah
Sub-haanakallahumma wa bihamdika wa tabaa rakasmuka wa ta’aala jadduka wa laa ilaaha ghairuka.
“Maha suci Engkau wahai Tuhanku, serta aku memuji-Mu. Sungguh Maha Berbahagia nama Engkau, Maha Tinggi Kebesaran Engkau dan mengaku benar-benar bahawa tidak ada Tuhan selain Engkau.”
[HR Muslim]

Doa iftitah

Allaahumma baa’id baini wa baina kha-thaayaa ya kamaa baa-atta bainal masy-riqi wal maghribi. Allaahumma naqqinii min kha-thaayaa ya kamm yunaqqats tsaubul abya-dhu minaddanasi. Allaahummaghsil nii min kah-thaayaa ya bil wats tsalji wal baradi.
“Wahai Tuhan-ku! Jauhkanlahantaraku dan antara kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau telah jauhkan antara Masyriq (tempat terbit matahari) dan dari kesalahan-kesalahanku, sebagaimana orang membersihkan kain putih dari pencemaran.Wahai Tuhan-ku! Basuhkanlah kesalahan-kesalahanku dengan air, dengan salji dan dengan air batu dengan sebersih-bersihnya.”
[HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.]

Allaahumma rabba jib-riila wa miikaa-iila wa is-raafiila faa-thiras samaawaati wal ar-dhi ‘aalimal ghaibi wasy syahaa dati anta tahkumu baina ‘baadika fiima kaanuu fiihi yakhtalifuuna ihdinii limakh tulifa fiihi minal haqqi bi-idznika fa innaka tahdii man ta-syaa-u ilaa shiraatim mustaqiim.

“Wahai Tuhan-ku! Tuhan dari Jibril, Mikail, dan Israfil, Tuhan yang menjadikan langit dan bumi, Tuhan yang Maha Mengetahui alam yang tiada didapati pancaindera dan alam yang nyata, Engkau yang memberi putusan antara hamba-hamba Engkau, dalam segala rupa hal yang mereka perselisihkan, dengan izin-Mu, kerana sesungguhnya Engkau-lah sendiri yang menunjukkan sesiapa yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus.”
[HR Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah dari Abdur Rahman ibn Auf ra.]

Doa tawajjuh

Wajjahtu waj-hiya lillazii fa-tharas samaawaati wal ar-dha haniifam muslimaw wamaa ana minal musy-rikiin. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil ‘aalamiin. Laa syariika lahuu wa bi-dzaalika umirtu wa ana minal mus-limiin. Allahumma antal maliku laa ilaaha illa anta anta rabbii wa ana ‘abduka zhalamtu nafsii wa’taraftu bi-dzambii faghfir lii dzunuubii jamii’aa. Fa innahuu laa yahdii li ahsanihaa illaa anta wash-rif ‘annii sayyi-ahaa laa yash-rifu ‘annii sayyi-ahaa illa anta, labaika wa sa’daika wal khairu kulluhu fii yadaika, wasy syarru laisa ilaika, ana bika wa ilaika tabaarakta wa ta’aalaita, astaghfiruka wa atuubu ilaika.

“Saya hadapkan diriku kepada Tuhan yang telah menjadikan langit dan bumi, hal keadaanku seorang yang condong benar kepada kebenaran lagi seorang yang menyerahkan diri, tunduk dan patuh, dan sekali-kali aku bukan orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah .Bahwasanya solatku, ibadatku, hidupku dan matiku adalah untuk Allah , Tuhan yang memelihara alam, tidak ada sekutu bagi-Nya, demikianlah aku diperintahkan Allah, dan adalah aku salah seorang dari orang-orang, yang mula-mula menyerahkan diri, jiwa dan raga untuk Allah (untuk berjihad di jalan-Nya). Wahai Tuhan-ku! Engkaulah Raja yang memerintah! berkuasa! Tidak ada tuahn selain Engkau, Engkau Tuhan-ku dan aku hamba-Mu. Aku telah menzalimkan diriku, aku mengakui dosaku, maka ampunilah segala dosa-dosaku, sesungguhnya tidak ada yang dapat (sanggup) mengampuni dosa-dosaku selain Engkau. Dan tunjukanlah daku kepada sebaik-baik perangai, tidak ada yang dapat (sanggup) menunjukankan daku kepada sebaik-baik perangai, selain Engkau sendiri.Palingkanlah (jauhkanlah) daripadaku pekerti-pekerti yang buruk, tidak ada yang dapat (sanggup) memalingkan daku dari pekerti-pekerti yang buruk itu, selain Engkau sendiri.Aku penuhi seruan Engkau, aku tunduk patuh di bawah perintah Engkau segala rupa kebajikan di tangan Engkau, segala rupa kejahatan tidak ada pada Engkau, Aku dengan Engkau dan kepada Engkau.(saya memperoleh taufiq dengan limpah kurnia Engkau dan memohon perlindungan kepada Engkau.)Maha Berbahagia Engkau dan Maha Tinggi. Aku memohonkan ampun kepada Engkau dan aku bertaubat kepada Engkau.”

[HR Ahmad, Muslim, Ar-Tirmidzi, Abu Daud dari Abu Hurairah ra. dari Nabi s.a.w. (dalam satu lafal: wa ana awwalul muslimin “dan akulah orang yang mula-mula menyerahkan diri kepada Allah“]
 
Takbir ifitah

1. Allahu Akbar. Kabiiraw wal hamdu lillaahi ka-tsiiraw wa subhaanallaahi buk-rataw wa a-shiilaa.
“Allah adalah yang paling besar dari segala yang besar, sedang Dia Tuhan yang senantisa besar, segala puji hanya kepunyaan Allah, pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah (aku akui kesucian) pada tiap-tiap pagi dan petang.”
[HR Muslim dari Ibnu Umar]

2. Allahu Akbar. Allahu Akbar..Laa ilaaha illaa anta. Sub-haanallaahi wa bihamdihi Sub-haanallaahi wa bihamdihi.
“Allah adalah yang teramat besar, bagi Allah yang teramat besar, tidak ada Tuhan selain Engkau, tidak ada Tuhan selain Engkau!Saya akui kesucian Allah serta dengan memuji-Nya Saya akui kesucian Allah serta dengan memuji-Nya”
[Takbir ini disebutkan dalam Ibnul Qayyim dalam kitab Ash Shalah wa Ahkamu Tarikiha.]

3. Allahu Akbar kabiiraa. Allahu Akbar kabiiraa. Allahu Akbar kabiiraa. Alhamdu lillaahi ka-tsiraa. Alhamdu lillaahi ka-tsiraa. Alhamdu lillaahi ka-tsiraa. Sub-haanallaahi buk-rataw wa a-shiilaa. Sub-haanallaahi buk-rataw wa a-shiilaa. Sub-haanallaahi buk-rataw wa a-shiilaa.A’uu-dzu billaahis samii’il ‘aliimi minasy syai-thaanir rajiimi wa naf-khihi wa nafa-tsihi.
“Allah adalah yang terbesar dari segala yang besar, sedang Dia yang senantiasa Besar. Allah adalah yang terbesar dari segala yang besar, sedang Dia yang senantiasa Besar. Allah adalah yang terbesar dari segala yang besar, sedang Dia yang senantiasa Besar. Segala puji kepunyaan Allah, pujian yang banyak, Segala puji kepunyaan Allah, pujian yang banyak, Segala puji kepunyaan Allah, pujian yang banyak, Saya akui kesucian Allah pada tiap-tiap pagi dan petang, Saya akui kesucian Allah pada tiap-tiap pagi dan petang, Saya akui kesucian Allah pada tiap-tiap pagi dan petang. Wahai Tuhan-ku, saya berlindung kepada Engkau dari setan yang terkutuk, dan gurisan-gurisannya dan tiupan-tiupannya dan hembsan-hembusannya.”
[HR Ahmad, Abu Daud dari ibn Jubair ibn Muth’im dari Nabi s.a.w.]

4. Allaahu akbar, sub-haanallaah, al hamdulilaah, laa ilaaha illaallaah, astaghfirullaah, allaahummaghfir lii war hamnii war zuqnii, alaahumma innii a’uu-dzubika min dhiiqil maqaami yaumal qiyaamah.
“Allah adalah yang terbesar dari segala yang Besar-Aku mengakui kesucian alla. Segala puji kepunyaan Allah. Tidak ada Tuhan yang sebenarnya berhak disembah selain Allah.Wahai Tuhan, ampunilah daku, rahmatilah daku dan rezekikanlah daku. Wahai Tuhan-ku sesungguhnya akau berlindung kepada Engkau dari kesempitan tempat berdiri pada hari kiamat.”
(masing-masing dari takbir, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar dan dua rangkaian doa ini dibaca 10 kali)
[HR Abu Daud, An-Nasa’i, Ibnu Majah dari Ashim ibn Humaid dari Aisyah ra. dari Nabi s.a.w.]

Ta’awwudz dalam solat

1. Asta’ii-dzu billaahi minasy syai-thaanir rajiim.
“Saya memohon pertolongan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”
2. A’uu-dzu billaahi minasy syai-thaanir rajiimi min hamzihi wa nafkhihi wa nafa-tsihi.
“Saya berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk, dari goresannya, dari tiupan-tiupannya dan dari hembusan-hembusannya.”
3. A’uu-dzu billaahis samii’il ‘aliim minasy syai-thaanir rajiim.
“Saya berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syaitan yang kena rejam”
4. Alaahumma innii a’uu-dzubika minasy syai-thaanir rajiimi min hamzihi wa nafkhihi wa nafa-tsihi”
“Wahai Tuhan-ku! Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari syaitan yang terkutuk, dari gurisannya, dari tiupan-tiupannya dan dari hembusan-hembusannya.”
* Adalah Rasulullah membacanya pada rakaat pertama sahaja
Membaca basmalah dalam solat
Baca dengan merendahkan suara, jangan mengeraskannya.
Bismillaahir rahmaanir rahiim.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihi”
 
Membaca Al-Fatihah dalam solat

Alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin. Arrahmaanir rahiim. Maaliki yaumiddin. Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin. Ihdinash shiraa-thal mustaqiim.. Shiraa-thal la-dziina an’amta ‘alaihim ghairil magh-dhuubi ‘alaihim wa ladh dhaalliin.
“Segala puji hanya kepunyaan Allah, Tuhan yang memelihara segala alam. Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang mempunyai hari pembalasan. Engkaulah yang kami sembah dan kepada Engkaulah kami meohon pertolongan. Ya Allah, tunjuki kami pada jalan yang lurus. Iaitu jalan segala mereka yang telah Engkau beri nikmat. Bukan jalan orang-orang yang dibenci dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.”

Berta’min dalam solat

Abu Hurairah ra. menerangkan: “bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Apabila imam membaca amin, hendaklah kamu membacanya, kerana seseorang yang bersamaan aminnya dengan amin malaikat, diampunilah dosanya yang telah lalu.” [HR Al-Jamaah]
Panjangkan bacaan aamiin.
[HR Ahmad, Abu Daud, dan At-Tirmidzi]

Membaca surah dalam solat

1. Rasulullah s.a.w. terkadang-kadang membaca surah yang panjang, terkadang yang sederhana, terkadang yang pendek apabila dikehendaki oleh keadaan.
2. Rasulullah s.a.w. sentiasa membaca surah pada awalnya, tidak memulai dari pertengahan atau akhirnya.
3. Rasullulah s.a.w. pernah membaca surah Al A’raf di solat maghrib, sebahagian di rakaat pertama dan sebahagian di rakaat kedua.
4. Rasullulah s.a.w. pernah membaca Surah al-Zalzalah di kedua-dua rakaat solat Subuh.
5. Rasullulah s.a.w. pernah membaca dua-dua surat dari surah Al Mufashshal di satu-satu rakaat.
6. Rasullulah s.a.w. memanjangkan bacaan surat di solat Subuh.
7. Rasullulah s.a.w. memanjangkan bacaan di solat Subuh pada tiap-tiap hari, lebih panjang daripada segala solat fardhu yang lain pada hari itu.
8. Rasullulah s.a.w.pernah membaca dalam solat sir surah yang ada di dalamnya sujud tilawah. Baginda bersujud dan para makmum ikut bersujud.
9. Surah terpendek yang dibaca baginda dalam solat Subuh ialah surah Qaf dan surah-surah yang sepertinya. Lazimnya bacaan baginda 60 hingga 100 ayat pada tiap-tiap rakaat. Pada hari Jumaat Subuh, baginda tetap membaca surah As Sajadah pada rakaat pertama dan surah Ad Dahri/Al Insan.
10. Bacaan pada solat Zohor ialah surah Sajdah atau kira-kira 30 ayat pada tiap-tiap rakaat. Baginda pernah membaca surah Al-A’la dan Al-Lail atau Al-Buruj dan At-Tariq dan surah-surah yang sepertinya. Baginda juga pernah membaca surah Luqman dan Az-Zariyat. Pada suatu masa baginda pernah memanjangkan rakaat solat Zohor yang pertama hingga tidak terdengar suara telapak kaki pun.
11. Rasulullah membaca di solat Jumaat surah Al Jumuah dan Al Munafiqun, ada kala surah Al A’la dan Al Ghasiyah.
12. Rasulullah s.a.w. membaca di solat hari raya ialah Surah Qaaf dan Iqtarabat (Al Qamar) secara lengkap dan ada kala membaca surah Al A’la dan Al Ghasiyah.
13. Rasulullah s.a.w. membaca di solat Asar sekadar 15 ayat pada tiap-tiap rakaat. Tegasnya, sama dengan separuh Zohor jika dipendekkan dan sama dengan Zohor jika dipanjangkan.
14. Rasulullah s.a.w. pernah membaca di solat Maghrib surah Al A’raf, surah Ath Thur, surah Al Mursalat dan surah Ad Dukhan. Riwayat sahih menerangkan bahawa Rasulullah s.a.w. membaca surah Al Kafirun dan Al Ikhlas dalam sunat Maghrib.
15. Rasulullah s.a.w. pernah membaca dalam solat Isya surah Wat tini dan surah Wasy syamsi wa dhuhaaha dan surah-surah sepertinya.
Sesudah membaca surah berhenti sebentar.

Rukuk dalam solat

Angkat tangan seperti takbiratul ihram lalu tunduk untuk rukuk. Letakkan kedua-dua tangan ke atas kedua lutut, dengan merenggangkan anak jari-jari serta renggangkan kedua-dua siku dari rusuk. Datarkan belakang (punggung) atau menyamakan tinggi kepala dengan dataran belakang itu, jangan ditundukkan dan jangan ditinggikan. Pandangan tidak ditujukan ke kaki, tidak ke muka, namun lurus dengan letak kepala.
Bacaan dalam rukuk
1. Sub-haana rabiyal ‘a-zhiimi.
“Maha suci Tuhan-ku yang Maha Besar”
[H.R. Muslim dan Ashhabus Sunan dari Khudzaifah dari Nabi s.a.w.]
Rasulullah s.a.w. membaca 10 kali tasbih ini dan terkadang lebih dari itu. Paling singkat jika ada keperluan sekadar 3 kali.

2. Subbuuhun qudduusur rabbul malaa-ikati war ruuh.
”Tuhan Yang Maha Suci, Tuhan Yang Maha Qudus, Tuhan Yang memelihara Malaikat dan ruh”
[H.R. Muslim dari Aisyah ra.]

3. Sub-haana dzil jabaruuti wal malakuuti wal kib-riyaa-i wal ‘a-zhamati.
” Maha Suci Tuhan yang mempunyai kekerasan, kekuasaan, kebesaran dan kemuliaan.”
[H.R. Ahmad, At-Tirmidzi, An Nasa’i dari Auf ibn Malik ra.]

4. Sub-haanakallaahumma rabbanaa wa bihamdika allaahummaghfir lii.
”Maha Suci Engkau wahai Tuhan-ku, wahai Tuhan kami dan dengan memuji Engkau, Ya Allah, ampunilah segala dosaku.”
[H.R. Ahmad dari Aisyah ra. dari Nabi s.a.w.]

5. Allaahumma laka raka’tu, wa bika aamantu, wa laka aslamtu, wa ‘alaika tawakkaltu, anta rabbii kha-sya’a qalbii wa sam’ii wa ba-sharii wa damii wa lahmii wa azhmii wa ‘a-shabii lillaahi rabbil ‘aalamiin.
” Wahai Tuhan-ku! Untuk Engkau aku rukuk, kepada Engkau aku beriman, kepada Engkau aku menyerahkan diri dan kepada Engkau aku bertawakal, Engkaulah Tuhan-ku. Telah tunduk jiwaku, pendengaranku, penglihatanku, darahku, dagingku, tulangku dan urat nadiku kepada Allah yang memelihara segala alam.”
[H.R. Ahmad, Muslim, Abu Daud dari Ali ra. dari Nabi s.a.w.]

Beriktidal dalam solat

Tegak berdiri lalu mengangkat tangan seperti takbiratul ihram seraya membaca tasmi’:
Sami’allaahu liman hamidah.
“Mudah-mudahan Allah mendengar pujian orang yang memuji-muji-Nya.”
Turunkan tangan dan tegak berdiri membaca puji (tahmid) dan syukur:
1. Rabbanaa lakal hamdu.
“Wahai Tuhan kami, Engkau sendirilah yang memiliki segala rupa puji.”
[H.R. Ahmad,Al Bukhari, Muslim dari Abu Hurairah dari Nabi s.a.w.]

2. Allaahumma rabbanaa lakal hamdu ka-tsiiran thayyiban mubaarakan fiihi.
“Wahai Tuhan-ku, wahai Tuhan kami, kepunyaan Engkaulah segala puji-pujian yang banyak, yang baik, lagi yang diberikan berkat kepadanya.”
[H.R. Ahmad, Al Bukhari dari Rifa’ah ra. dari Nabi s.a.w.]

3. Allaahumma rabbanaa lakal hamdu, mil-as samaawati wa mil-al ardhi wa mil-a maa syi’ta min syai-in ba’du ahluts tsanaa-i wal majdi, ahaqqu maa qaalal ‘abdu wa kullunaa laka ‘abdun, Allaahumma laa maani’a limaa a’thaita wa laa mu’thiya limaa mana’ta wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu.
“Wahai yuhan-ku!wahai Tuhan kami! Dan bagi Engkaulah segala puji, sepenuh langit, sepenuh bumi dan sepenuh yang Engkau kehendaki sesudah itu.Engkaulah yang mempunyai puji dan kebesaran.Itulah yang paling patut menjadi ucapan hamba, semua kai adalah hamba-Mu.Ya Tuhan-ku, tidak ada yang menghalangi pemberian-Mu dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau tahankan dan tidak dapat kesungguhan manfaat kepada orang yang bersungguh-sungguh kerana dari Engkaulah segala keberuntungan dan segala kebahagiaan.”
[H.R. Muslim, Ahmad, Abu Daud dari Said Al Khudri dari Nabi s.a.w.]

4. Allaahumma thahhirnii bits tsalji wal baradi wal maa-il baaridi.alaahumma thahhirnii minadz dzunuubi wal khathaayaa kamaa yunaqqats tsaubul ab-ya-dhu minal wasa-khi.
“Ya Allah, sucikanlah daku dengan air beku, air batu, dan air dingin.Ya Tuhan-ku, sucikanlah daku dari segala dosa dan kesalahan, sebagaimana dibersihkan kain putih dari kotoran.”
[H.R. Ahmad, Muslim dari Abdullah ibn Abi Aura ra. dari Nabi s.a.w.]

5. Lirabbiyal hamdu lirabbiyal hamdu.
“Untuk Tuhan-ku segala puji untuk Tuhan-ku segala macam puji”
[H.R. Abu Daud dari Hudzaifah -baginda mengulangnya sekadar lama rukuk]

Sujud dalam solat

Bertakbir untuk turun sujud dengan meletakkan lutut sebelum tangan. Diantara kedua-dua tangan letakkan dahi ke tempat sujud (jarakkan sedikit). Boleh juga kepala bersetentang dengan bahu atau daun telinga. Dahi,hidung, kedua-dua telapak tangan, kedua-dua lutut dan kedua-dua hujung jari-jari kaki. Muka (dahi dan hidung) dirapatkan ke tempat sujud dan hujung jari tangan dan kaki dihadapkan ke arah kiblat, dan hendaklah kedua-dua siku diangkat, dan hendaklah kedua-dua tangan direnggangkan dari lambung sehingga kelihatan putih ketiak, dan hendaklah perut direnggangkan dari paha dan hendaklah kedua-dua paha direnggangkan dari betis.
Sabda Nabi s.a.w.:
“Aku disuruh bersujud atas tujuh anggota: dahi- dan nabi s.a.w. mengisyaratkan juga hidungnya- dan kedua-dua tangan dan kedua-dua lutut dan kedua-dua telapak kaki.
[H.R. Al Bukhari dan Muslim]

Bacaan dalam sujud

1. Sub-haana rabbiyal a’la
“Aku mengakui kesucian Tuhan-ku, Tuhan Yang Maha Tinggi”
[H.R. Ahmad dan Ashabus Sunan dari Hudzaifah]

Baca sekadar 10 kali atu 3 kali jika dikehendaki oleh keadaan.
2. Subbuuhun qudduusur rabbul malaa-ikatiwaw ruuh.
“Tuhan Yang Maha Suci, Tuhan yang Maha Qudus, Tuhan Yang memelihara malaikat dan ruh”
[H.R. Muslim, Uqbah bin Amir, Abu Daud dan Aisyah]

3. Sub-haana dzil jabaruuti wal kibriyaai wal ‘a-zhamati.
“Maha Suci Tuhan yang mempunyai kekerasan, kekuasaan, kebesaran dan kemuliaan”
[H.R. Abu Daud dari Auf ibn Malik Al Asja’i

4. Sub-haanakallahumma rabbana wa bihamdika, Allaahummaghfir lii.
“Maha Engkau wahai Tuhan-ku, wahai Tuhan kami dan dengan memuji Engkau, Ya Tuhan-ku, ampunilah segala dosa-dosaku.”
[H.R. Ahmad, Muslim dari Aisyah ra. dari Nabi s.a.w.]

5. Sub-haanakallahumma rabbana wa bihamdika, Laa ilaaha illa anta.
” Maha Suci Engkau wahai Tuhan-ku, wahai Tuhan kami dan dengan memuji Engkau, tidak ada Tuhan yang disembah selain Engkau.”
[H.R. Muslim dari Aisyah dari Nabi s.a.w.]
Nabi s.a.w. bersabda:
” Banyakkanlah doa di dalam sujud, kerana doa di dalam sujud itu sangat lebih layak diperkenankan.”
[H.R. Ahmad,Muslim dari Abu Hurairah]

Doa dalam sujud semasa solat

1. Allaahummaghfir lii dzambii kulluhu diqqahu wa jallahu wa awwalahu wa aa-khirahu wa ‘alaaniyyatahu wa sirrahu.
“Ya Tuhan-ku, ampunilah segala dosa-dosaku,kecilnya, besarnya, awalnya, akhirnya yang tampak dan yang tersembunyi.”

2. Allaahumma laka ajattu wa bika aamantu wa laka aslamtu sajada wajhiya lilla-dzii khalaqahu wa shawwarahu wa syaqqa sam’ahu wa ba-sharahu tabaarakallaahu ahsanul khaaliqiin.
“Ya Tuhan-ku! Kepada Engkau aku sujud, kepada Engkau aku beriman, kepada Engkau aku menyerahkan diriku.Telah bersujud mukaku-diriku-kepada Tuhan yang menjadikannya yang membentuknya, yang membelah pendengarannya dan penglihatannya, Maha Berbahagialah Allah, Tuhan yang paling baik dari segala yang mentaqdirkan(membuat rancangan pekerjaan)”
[H.R. Muslim dan Abu Daud dari Abu Hurairah ra. dari Nabi s.a.w.]

3. Allaahumma innii a’uudzu bi ri-dhaaka min sa-kha-thika wa bi mu’aafaatika min ‘uquubatika wa a’uu-dzu bika minka laa uh-shii tsanaa-an ‘alaika anta kamaa ats-naita ‘alaa nafsika.
“Ya Tuhan-ku bahwasanya aku berlindung dengan keridhaan Engkau dari segala kemarahan Engkau dan dengan kesukaan Engkau memberi maaf dari siksa Engkau dan aku berlindung dengan engkau-dari Engkau. Aku tidak dapat menghinggakan puji dan sanjung untuk Engkau, sebagaimana Engkau telah memuji dan menyanjung diri Engkau.”
[H.R. Ahmad dan Muslim dari ali ra dari Nabi s.a.w.]

4. Allaahummaghfir lii kha-thii-athii wa jahlii wa is-raafii fii amrii wa maa anta a’lamu bihi minnii.
”Ya Allah! Ampunilah aku dari segala kesalahanku, kebodohanku, ketelanjuranku d keterlaluan dalam segala urusan pekerjaanku, segala apa yang Engkau lebih mengetahui daripadaku.”
[H.R. Muslim dan Ashabus Sunan dari Aisyah dari Nabi s.a.w.]

5. Allaahummaghfir lii jiddii wa hazalii wa kha-tha-ii wa ‘amdii wa kullu dzaalika ‘indii.
“Wahai Tuhan-ku, ampunilah aku terhadap segala pekerjaanku(kesalahanku) yang aku kerjakan sungguh-sungguh, dan segala pekerjaanku(kesalahanku) yang aku kerjakan dengan main-main, dan lagi segala kesalahanku yang aku kerjakan kerana khilaf dan dengan sengaja, semua itu ada padaku.”
[H.R. Al Baihaqi dari Abu Musa]

6. Allaahummaghfir lii maa qaddamtu wa maa akhkhartu wa maa as-rartu wa maa a’lantu anta ilaahii laailaaha illaa anta.
”Ya Allah, ampunilah akan daku tentang segala kesalahanku yang aku telah dahulukan, dan yang aku kemudiankan dan yang aku rahsiakan dan yang aku nyatakan (perlihatkan). Engkaulah Tuhan-ku, tidak ada Tuhan selain dari Engkau.”
[H.R. Al Baihaqi dari Abu Musa]

Duduk antara dua sujud dalam solat

Angkat kepala seraya bertakbir tanpa mengangkat tangan. Bentangkan kaki kiri serta duduk di atasnya. Tegakkan telapak kaki kanan dan mengarahkan anak-anak jarinya ke kiblat. Letakkan tangan kanan atas paha kanan dan tangan kiri atas paha kiri, sedang anak-anak jari diletakkan dengan mengadapkan ke kiblat.
Istighfar dalam duduk antara dua sujud
1. Rabbighfir lii war hamnii waj bujnii wah dinii war zuqni
“Tuhan-ku ampunilah aku dan kasihanilah aku dan tutuplah segala keaibanku dan tunjukilah aku-ke jalan yang lurus-dan berilah aku rezeki.”
[H.R. At-Tirmidzi dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi s.a.w.]

2. Rabbighfir lii war hamnii waj bujnii war fa’nii war zuqnii wah dinii wa ‘aafinii.
“Tuhan-ku ampunilah aku dan kasihanilah aku dan tutuplah segala keaibanku dan angkatlah akan kedudukanku, cukupkanlah rezekiku d tunjukilah aku ke jalan yang lurus-dan afiatkanlah aku.”
[H.R. Abu Daud dari Ibnu Abbas ra. ]

3. Rabbighfir lii Rabbighfir lii.
“Tuhan-ku! Ampunilah aku! Ampunilah aku!”
[H.R. An-Nasa’i dan Ibnu Majah dari Hudzaifah ra dari Nabi s.a.w.]

Sujud kedua dalam solat

Setelah duduk sempurna, sujud sekali lagi seperti sujud pertama.
Bangkit ke rakaat kedua dalam solat
Setelah sujud sempurna, bangkit seraya bertakbir dan duduk sejenak(istirahat). Kemudian berdiri dengan bertekan pada lutut (kedua-dua paha) dengan tidak mengangkat tangan.
Setelah tegak berdiri, buatlah seperti rakaat pertama dengan membaca al-Fatihah dan surah yang pendek dari rakaat pertama.
Kemudian rukuk, iktidal, sujud dan duduk antara dua sujud seperti biasa.

Duduk tasyahud pertama

Selepas sujud kedua duduk seperti duduk antara dua sujud(iftirash). Pandangan mata ditujukan kepada hujung telunjuk (isyarat telunjuk).
Bacaan tasyahud (tahiyat)
1. Attahiyyaatu lillaahi wash shalawaatu wath thayyibaat. Assalamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘iba dillaahish shaalihiin. Asyhadu alla ilaaha illallahu wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh.
“Segala kehormatan itu kepunyaan Allah, juga segala ibadat dan segala yang baik-baik. Mudah-mudahan Allah melimpahkan kesejahteraan kepada engkau wahai Nabi, demikian pula rahmat Allah dan berkat-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan itu dicurahkan pula atas kami dan hamba-hamba Allah yang soleh-soleh. Aku mengakui bahawa tidak ada Tuhan yang disembah melainkan Allah. Dan aku akui bahawa Muhammad itu pesuruh-Nya.”
[H.R. Al Bukhari, Muslim dari Ibnu Mas’ud ra. dari Nabi s.a.w.]

Selawat dalam tasyahud

Alaahumma shalli ‘alaa Muhammadin ‘abdika wa rasuulika, kamaa shallaita ‘alaa Ibrahiim, wa baarik ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa baarakta ‘alaa Ibraahiima wa ‘alaa aali Ibraahiim.
“Ya Allah! Sanjungkanlah akan Muhammad, hamba-Mu dan pesuruh-Mu sebagaimana Engkau telah menyanjung Ibrahim. Dan beri berkatlah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan berkat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.”
[H.R. Muslim,Ahmad dari Abu Mas’ud Al Badri ra.]

Sabda Nabi s.a.w.:
“Apabila kamu duduk di tiap-tiap dua rakaat maka bacalah: Attahiyyaatu lillaahi wash shalawaatu wath thayyibaat. Assalamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa baarakaatuh. Assalamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘iba dillaahish shaalihiin. Asyhadu alla ilaaha illallahu wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh. Kemudian hendaklah ia memilih suatu doa yang paling menarik hatinya, lalu ia berdoa memohon kepada Allah (menyeru Allah) dengan doanya itu.”
[H.R. Ahmad]

Allaahumma innii a’uu-dzu bika rabbi min jahdil balaa-i wa darkisy syaqaa-i wa suu-il qadhaa-i wa syamaa-tatil a’daa-i
“Ya Tuhan-ku!Bahwasanya aku berlindung diri kepada Engkau Tuhan-ku dari tekanan bala yang berat menderita nasib celaka, dari nasib buruk dan dari musuh dapat bersenang hati.”
[H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu hurairah ra.]

Bangkit ke rakaat ketiga dan keempat dalam solat

Selesai duduk tasyahud pertama, bangun ke rakaat ketiga sambil bertakbir dan bertekan pada lutut atau paha. Sesudah berdiri tegak angkat tangan hingga bahu atau telinga. Baca Al Fatihah saja. Boleh juga baca surah yang pendek.
Kemudian rukuk, iktidal, sujud, duduk antara dua sujud, dan sujud lagi. Jika solat Maghrib, bangun dan duduk tasyahud akhir. Jika rakaat keempat, bangun duduk istirahat (sejenak) dan berdiri tanpa mengangkat tangan dan meletakkan tangan di atas dada. Baca Al Fatihah, kemudian rukuk, iktidal, sujud, duduk antara dua sujud, dan sujud lagi.
Duduk tasyahud akhir dalam solat
Duduk ini untuk Subuh (dua rakaat), Maghrib (tiga rakaat) dan untuk solat empat rakaat setelah bangun dari sujud kedua. Duduk dengan meletakkan punggung atas tempat solat dan masukan kaki kiri ke bawah kaki kanan yang ditegakkan anak-anak jari ke kiblat. Letakkan tangan seperti tasyahud pertama. Jari telunjuk digerakkan terus menerus dalam solat atau berisyarat tanpa menggerakkannya. Setelah membaca tahiyat seperti tasyahud pertama, baca selawat.
 
Berdoa sebelum salam

1. Allaahumma innii a’uu-dzu bika min ‘a-dzaabil qabri wamin ‘a-dzaa bin naari wa min fitnatil mahyaa wal mamaati wa min fitnatil masiihid dajjaal.
“Ya Allah, bahwasanya aku berlindung kepada Engkau dari azab neraka, dari fitnah hidup dan mati dan dari fitnah perosak yang menghabiskan segala kebajikan.”
[H.R. Muslim dari Abu Hurairah ra dari Nabi s.a.w.]

2. Allaahummaghfir lii maa qaddamtu wa maa akhkhartu wa maa asrartu wa maa a’lantu wa maa as-raftu wa maa anta a’lamu bihii minnii antal muqaddimu wa antal muakhkhiru laa ilaa ha illaa anta.
“Ya Allah! Ampunilah aku terhadap apa yang telah aku dahulukan dan apa yang telah aku akhirkan dan apa yang telah aku rahsiakan dan apa yang aku nyatakan dan apa yang aku boroskan dan apa yang Engkau lebih mengetahui daripadaku,Engkaulah yang mendahulukan, Engkaulah yang menemudiankan, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau”
[H.R. Muslim dari Ali ra. dari Nabi s.a.w.]

3. Allaahumma innii as-aluka minal khairi kullihi maa ‘alimtu minhu wa maa lam a’alam wa a’uu-dzu bika min syarri kullihi maa ‘alimtu minhu wa maa lama’lam. Allaahumma innii as-aluka minal khairi maa sa-alaka bihi ‘ibaadukash shaalihuun. Wa a’uu-dzu bika min syarri masta’aa-dzaka minhu ‘ibaadukash shaalihuun. Rabbanaa aa-tinaa fid dun-ya hasanataw wa qinaa ‘a-dzaaban naar.
“Ya Tuhan-ku, bahwasanya aku memohon kepada Engkau dari semua kebajikan apa yang telah aku ketahui dan apa yang belum aku ketahui. Ya Allah, bahwasanya aku memohon kepada Engkau dari sebaik-baik apa yang telah dimohonkan oleh hamba-hamba-Mu yang soleh-solah, dan aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan-kejahatan yang telah diminta perlindungan daripadanya kepada Engkau oleh hamba-hamba Engkau yang soleh-soleh. Wahai Tuhan kami, berilah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”
[H.R. Ibnu Abi Syaibah dan Said ibn Manshur dari Umar ibn Said ra. dari Nabi s.a.w.]

4. Allaahumma innii a’uu-dzu bika minal ma’tsami wal maghrami
“Ya Allah, bahwasanya aku berlindung kepada Engkau dari dosa dan dari yang memberatkan.”
[H.R. Muslim dari kitab Al Adzkar: 170]

5. Allaahumma innii ‘alaa dzik-rika wa syuk-rika wa husni ‘ibaadatika.
“Ya Allah, tolonglah aku untuk menyebut-Mu dan mensyukuri-Mu dan elok peribadatanku kepada-Mu.”
[H.R. Ahmad,Abu Daud dari Mu’adz ibn Jabal ra. dari Nabi s.a.w.]

Rasulullah s.a.w. pernah menyuruh Abu Bakar ra. membaca:
6. Allaahumma innii zhalamtu nafsii zhulman ka-ysiran kabiiran, wa laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta faghfir lii maghfiratan ‘indika war hamnii innaka antal ghafuurur rahiim.
“Wahai Tuhan-ku, bahwasanya aku telah menganiaya diriku, aniaya yang banyak lagi besar.Tidak ada yang sanggup mengampunkan dosa melainkan Engkau, maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan rahmatilah(kasihanilah) aku, bahwasanya Engkau-lah Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Doa ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar ra. dari Abu Bakar ra. dari Nabi s.a.w.:
7. Allaahumma inni as-alukats tsabaa-ta fil amri. Wal ‘azii-mata ‘alar rusydi . Wa as-aluka syukra ni’mataka, wa husna ‘ibaadatika, wa as-aluka qalban saliiman wa lisaanan shaadiqan wa as-aluka min khairi maa ta’lam. Wa a’uu-dzu bika min syarri maa ta’lam. Wa astaghfiruka mimmaa ta’lam.
“Ya Allah, bahwasanya aku memohon kepada Engkau kemantapan dalam segala urusan dan kekuatan hati atas jalan yang benar.Aku memohon kepada-Mu; mensyukuri nikmat-Mu dan kebagusan ibadat kepada-Mu. Aku memohon kepada-Mu jiwa yang sejahtera dan lidah yang benar dan aku memohon kepada-Mu sebaik-baik apa yang Engkau ketahui, dan aku berlindung dengan Engkau dari segala kejahatan yang Engkau ketahui dan aku memohon kepada-Mu, ampunan bagi segala dosa yang Engkau ketahui.”
Bersalam sesudah solat

Palingkan muka ke kanan dan ke kiri dan menyebut lafal salam:

1. Assalaamu’alaikum wa rahmatullaah.
“Mudah-mudahan Allah mencurahkan kesejahteraan atas diriu demikian pula rahmat-Nya.”
[H.R. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, At-Tirmidzi]

2. Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wabarakatuh
[H.R. Abu Daud]