(SAYIID ABDULLAH AL HADDAD TOKOH TAREKAT BA’ ALAWI AL HADDAD)
Dan wajib bagi kamu sekalian untuk memakmurkan
segenap waktumu dengan berbagai macam amal ibadah sehingga tidak ada waktu yang
kosong baik malam maupun siang kecuali engkau isi dengan berbagai amal
kebajikan. Maka dengan demikianakan terlihatlah bagimu berkah waktumu dan akan
menghasilkan faidah yang besar dari umurmu, dan kelanggenganmu dalam menghadap
kepada Allah Ta’ala. Dan seyogyanya engkau jadikan waktu tersendiri untuk
kebiasanmu sehari-hari seperti makan dan minum dan pergi bekerja. Dan waktumu
adalah umurmu, dan umurmu adalah modal hidupmu dan dengan waktumu itulah engkau
mulai berniaga-untuk akhirat yang akan mengantarkanmu kepada
kebahagiaan yang abadi di dalam kedekatan dengan Allah. Maka setiap nafas dari
seluruh nafas adalah mutiara yang tidak terhitung nilainya, dan apabila telah
leway –nafas itu- maka tidak ada gantinya. Dan tidak seharusnya engkau
menggunakan seluruuh waktumu dengan hanya satu iwirid meskipun wirid
tersebut ttermasuk wirid yang utama. Karena yang demikian itu akan
menghilangkan berkahnya banyaknya bilangan bermacam-macam wirid..
karena pada setiap wirid mempunyai efek sendiri-sendiri di dalam hati.
Dan mempunyai nuur dan keistimewaan tersendiri dari Allah. Dan
ketahuilah sesungguhnya bagi tiap-tiap wirid memiliki bekas yang
bermacam-macam yang berguna untuk membersihkan hati dan memperbaiki tingkah
laku lahiriah , dan jika engkau tidak termasuk orang ayng dapat mencurahkan
semua waktumu untuk melakukan wirid, maka pilihlah pada waktu-waktu
yang khusus/tertentu dan engkau bayar pada waktu yang lain apabila engkau
sempat meninggalkannya –pada wakut yang telah ditentukan tersebut, yang
demikian ini untuk mendidik nafsu dalam berdisiplin menjaga amalan wirid
tersebut.
Sayyidy Syaikh Abdurrahman as-Saqaf telah
berkata,”man lam yakun lahu wirdun fahuwa qirdun yang
artinya-barang siapa yang tidak memiliki wirid maka ia tak ubahnya seperti
kera-. Dan telah berkata sebagian orang ‘aarfiin (orang yang sangat
mengenal Allah) , “Al-Waarid (sesuatu yang datang dari Allah – seperti
ilham dll) itu tergantung dari Wirid. Maka barang siapa yang tidak
memiliki Wirid pada dhahiriahnya, maka tidak akan ada wariid
pada bathiniahnya/sirrnya. Dan wajib bagimu untuk
selalu jujur dan selalu adil dalam segala hal dan laksanakanlah amal yang
sekiranya engkau dapat melanggengkannya / mudawwamah dan sungguh telah
bersabda RasuluLlah SAW amal yang paling disenangi/dicintai Allah
adalah yang terus menerus meskipun hanya sedikit. Dan RasuluLlah SAW
juga telah bersabda ambilah dari amal apa yang engkau rasa mampu kaena
sesungguhnya Allah tidak akan berpaling hingga mereka berpaling. Dan
sebagian dari kebiasaan syaithan dala menipu murid/orang yang sedang belajar
menempuh jalan Allah, adalah mengajak mereka bergegas melakukan amal yang
banyak dan tujuan syaithon dari yang demikian ini adalah agar kelak mereka)para
murid) meninggalkan amal baik tersebut pada akhirnya, atau melakukannnya akan
tetapi tidak sesuai dengan tuntutanyang seharusnya. Maka kemudian dari
beberapaa aurad / wirid /zikir, yang dapat engkau lakkukan adalah
memperbanyak shalat sunah, membaca Al-Qur’an, atau membaca ilmu, atau
bertafakur. Kemudian kami terangkan beberapa adab, oleh karena itu seyogyanya
bagi kamu memiliki wirid semisal shalat sunnah sebagai
tambahan dari shalat-shalat sunah yang lain, yang ditentukan waktunya dan di
dikira kirakan jumlahnya sekiranya akan dapat dilakukan secara terus menerus.
Dan sungguh sebagian para Ulama salafushalih rahimahumuLlaah
telah melaksanakan shalat dalam sehari semalam sebanyak 1000 reka’at seperti Imam
Ali bin Husein ra. Dan sebagian dari mereka ada yang melaksanakan 500
reka’at, ada yang melaksanakan 300 reka’at dan lain sebagainya.
Dan ketahuilah sesungguhnya di bagi amalan
shalat ada benytuk lahir danhakekat bathinnya. Dan tiadalah
shalat itu dihargai oleh Allah, hingga disempurnakan amaliahn lahiriahnya dan
hakikat bathiniahnya. Adapun kesempurnaan bentuk shalat adalah kesempurnaan
rukun-rukunnya, dan etika/adab lahiriah dari berdirinya, pembacaan
Al-Qur’annya, dan ruku’ dan sujud dan tasbih dan sebagainya. Adapun hakekatnya
adalah hadir bersama Allah, ikhlasnya niat, dan menjadikan Allah sebagai tujuan
dan menghadap dengan kesungguhan kepada Allah demikian juga segenap hatinya
ditujukan kepada Allah, dan hendaknya pikirannya di dikonsentrasikan / tidak
banyak memikirkan sesuatu maka dirinya tidak bercakap-cakap dengan selain
perkara shalat. Dan seyogyanga beradab sebagimana adabnya orang yang sedang
bermunajat/berbisik-bisik dengan Tuhannya . telah bersabda RasuluLlah
SAW, “sesunggunya orang yang shalat adalah orang yang seaedng bermunajat kepada
Tuhannya. . dan Nabi SAW telah bersabda, “apa bila seorang hamba
berdiri melaksanakan shalat, maka sesungguhnya Allah berhadapan dengan nya
dengan wajahNya . dan sebaiknya ia tidak melaksanakan
shalat shalat sunnah yang lain segingga ia telah melaksanakan amal sunnah yang
telah dianjurkan oleh Nabi SAW secara sempurnna , diantara shalat sunnah yang
dianjurkan itu aantara lain beberapa rekaat sebelum shalat maktubah/shalat
wajib yang 5 waktu ataupun beberapa rekaat sedudahnya, dan diantaranya juga
shalat witir yang termasuk shalat sunnah muakkad bahkan sebagian ulama
mewajibkannya. RasuluLlah SAW telah bersabda.-Sesungguhnya Allah Ta’ala
Iganjil dan senang dengan yang ganjil
maka berwitirlah kamu semua wahai ahli Al-Qur’an. Dan RasuluLlah SAW
bersabda sesungguhnya witir adalah sesuatu yang haq/benar
maka barang siapa yang tidak berwitir maka bukanlah golongan kami. Dan
banyaknya bilangan reka’at shalat witir adalah 11 reka’at sedangkan yang paling
sedikit adalah hendaklah meringkas sampai tiga reka’at adapun pengerjaannya
adalah pada akhir waktu malam bagi orang yang membiasakan diri mengerjakan
shalat malam. RasuluLlah SAW bersabda Jaadikanlah akhir shalat kamu
sekalaian dengan shalat witir. Dan bagi orang yang tidak memiliki
kebiasaanmegerjakan shalat malam / qiyamul lail maka lebih utama
mengerjakannya setelah habis shalat Isya .
Dan termasuk shalat
sunah yang dianjurkan Nabi SAW adalah shalat dhuha dan dia/shalat dhuha
adalah shalat yang banyak sekali manfaat dan barokahnya. Banyaknya
bilangan reka’at adalah 8 reka’at dan ada pula yang mengatakan 12 reka’at. Dan
paling sedikitnya adalah 2 rekaat. Telah bersabda RasuluLlah SAW hendaklah
kamu sekalian menjadikan seluruh anggota badan sebagai sedekah. Maka
sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, dan
setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah
sedekah, dan setiap takbir adalah sedekah, dan
setiap amar ma’ryf adalah sedekah, dan nahi
mungkar adalah sedekah. Dan telah mencukupi dari yang demikian
itu semua 2 reka’at yang dilakukan pada waktu dhuha.
Dan tremasuk shalat yang dianjurkan adalah shalat antara Maghrib dan
Isya’. Adapun banyaknya adalah 20 rekaat, dan yang sedang adalah 6
reka’at. RasuluLlah SAW telah bersabda Barang siapa yang megerjakan
shalat 2 reka’at antara dua Isya’ maka Allah
akan membangunkan baginya rumah di dalam surga. Dan RasuluLlah
bersabda Barang siapa mengerjakan shalat sunah setelah maghrib 6
reka’at dimana diantara keduanya dia tidak bercakap-cakap dengan sesuatu yang
buruk maka yang demikian itu menyamai baginya dengan beribarah selama 12 tahun
dengan menghidupkan saat antara maghrib dan isya’. Dan sungguh telah
datang banyak keterangan tentang fadhilah atau keutamaan shalat diantara Maghrib
dan Isya’ dan akan mencukupililah keterangan berikut ini yaitu
bahwasanya Ahmad bin Abil Hawary ketika bermusyawarah dengan syaikhnya Abaa
Sulaiman RohimahumaLlooh, apakah lebih baik ia berpuasa pada siang hari ataukah
mendirikan shalat diantara waktu maghrib dan isya’, maka syaikh Abaa Sulaiman
berkata, “kumpulkanlah keduanya-artinya laksanakan keduanya-. “. Kemudian ia
bertanya lagi, “aku tidak mampu melaksanakan keduanya, karena apabila aku
berpuasa maka aku akan disibukkan dengan berbuka puasa pada saat itu”. Maka
Syaikh Abaa Sulaiman menjawab, ” jikalau engkau tidak mampu untuk mengumpulkan
keduanya, maka tinggalkanlah puasa dan hidupkanlah shalat diantara dua ‘Isya’
(antara maghrib dan isya’)”. Sayyidatina ‘Aisyah RA berkata, “tidaklah
masuk RasuluLlah SAW ke kediaman saya setelah shalat Isia’ yang akhir kecuali
beliau SAW melaksanakan shalat empat reka’at atau enam reka’at dan Beliau SAW
bersabda, “empat reka’at yang demikian telah menyamai daripada Lailatul
Qadar. Dan suatu keharusan bagi kamu untuk mengerjakan Shalatul Lail
/Shalat malam , sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW, “Shalat yang paling
utama setelah shalat wajib adalah shalat malam”. Dan bersabda RasuluLlah
SAW, “Keutamaan shalat malam dibandingkan dengan shalat pada waktu siang
hari adalah seperti kelebihannya sedekah secara tersembunya dibanding dengan
sedekah secara terang-terangan”. Dan telah datang keterangan yang
menyebutkan bahwa keutamaan sedekah secara tersmbunyi dibanding dengan sedekah
secara terang-terangan adalah berlipat 70 lipatan dalam hal pahala dan
keutamaannya. Telah bersabda RasuluLlah SAW, “Bagi kamu sekalian untuk
mengerjakan shalat malam karena sesungguhnya shalat malam itu adalah amalan
orang-orang shaleh sebelum kamu sekalian, dan tempat bermuqorrobah bagi kamu
sekalian kepada Tuhanmu, dan saat bertafakur akan maksiyat yang dilakukan, dan
membersihkan adri dos, dan penolak penyakit dari jasad kamu sekalian”.
Dan ketahuilah sesunggunya orang yang
mendirikan shalat ba’dal Isya’ adalah sungguh telah menghidupkan
seluruh malamnya. Dan telah terjadi pada sebagian Ulama salaf melaksanakan
amalan shalat pada Awwal malam hari. Akan tetapi pengerjaannya pada saat
setelah bangun tidur pada malam hari adalah lebih menghinakan syaithan dan
menjadi perjuangan nafsu / mujahadatunnafsi dan sirr /
rahasia yang sangat ‘aja’ib , dia itulah shalat tahajjud dimana Allah
telah memerintahkan RasulNya SAW untuk mengerjakannya dengan firmannya, “Waminallaili
fatahajjad bihii naafilatallak “. “Dan pada sebagian maalm maka
bertahajudlah sebagai amalan sunnah bagi Kamu”. Dan sesungguhnya Allah Ta’ala
mencintai seorang hamba manakala ia bangun malam diantara keluarganya yang lain
yang sedang tidur lalu ia mengerjakan shalat dan Allah memamerkannya kepada
MalaikatNya dan Allah menghadapinya dengan WajahNya yang Mulia.
Dan ketahuilah sesungguhnya termasuk suatu
keburukan apabila orang menginginkan Akhirat akan tetapi meninggalkan
shalat malam. Maka bagaimana ? bahwa seorang murid-orang yang menginginkan
sampai kepada Allah- bahwa ia senantiasa mengharapkan tambahan
rahmat pada setiap waktunya, telah bersabda RasuluLlah SAW, “Sesungguhnya
pada setiap malam ada suatu saat yang apabila seorang hamba menjumpai saat itu
kemudian ia meminta suatu kebaikan kepada Allah tentang urusan dunia maupun
akhirat melainkan Allah akan memberikannya, dan yang demikian itu terjadi
setiap malam HR Muslim. Dan pada sebagian kitan Allah yang diturunkan, Allah
Ta’ala berfirman, “sungguh telah bohong orang yang mengaku mencintaiKu,
apabila malam telah larut lantas ia tertidur dariKu. Bukankah setiap orang yang mencintai akan selalu ingin
bersendirian dengan yang dicintainya”.
Syaikh Ismail bin Ibrahim AL-Jibraani rahimahuLloohu berkata, “semua
kebaikan akan terkumpul semuanya pada waktu malam”-tentu saja apabila digunakan
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT-. RasuluLlah SAW bersabda yang artinya,
“sesungguhnya Allah Ta’ala turun paad tiap-tiap malam ke langit dunia
ketika malam tinggal sepertiganya yang akhir. Maka Allah Ta’ala berifrman,
‘Adakah yang berdo’a akan sesuatu niscaya akan ijabahi, dan adakah yang meminta
ampunan kepadaKu maka akan Aku ampuni, dan adakah yang meminta sesuatu niscaya
akan Aku beri, dan adakah orang yang bertaubat maka akan Aku beri taubat kepadanya
yang demikian itu hingga terbit fajar”. Dan bagi orang yang ‘Aarif
biLlah pada mendirikan shalat malam terdapat / merupakan tempat turunnya
rahmat Allah / manziilaat yang sangat mulia, yang banyak sekali dan
beberapa kehebatan rasa (Dzauq) yang sangat lembut yang dapat mereka
rasakan di dalam hati mereka akan ni’matnya berdekatan dengan Allah dan lezatnya
bersama-sama Allah dan manisnya bermunajah dan indahnya bercakap-cakap
kepada Allah / Muhadastah. Sebagian dari mereka / Aarifuu berkata, “seandaina
ahli surga merasakan apa yang kami rasakan niscaya mereka merasakan hidup yang
sangat menyenangkan”. Dan sebagian dari mereka Arifuun berkata,
“sesungguhnya Ahlullail-orang yang ahli menghidupkan malamnya untuk
beribadah kepada Allah-dalam menikmati malamnya seperti Ahlullahwi-orang
yang senang bersendau gurau- dalam menikmati sendau guraunya”. Dan berkata
sebagian dari mereka para Arifuun, “semenjak empat puluh
tahun tidak ada sesuatu yang mengecutkan hatiku kecuali munculnya fajar”. Tentu
saja nilmat yang demikian ini tidak akan terjadi kecuali setelah melalui usaha
yang terus menerus dan menanggung penderitaan yang berat dalam menghidupkan
ibadah di waktu malam, sebagaimana yang dikatakan oleh Utbatul Ghulam
“telah datang malam selama dua puluh tahun dan selama itu pula aku
merasakan kenikmatan”
(Dan jika apa yang harus di laksanakan untuk
mendirikan shalat malam/ibadah malam hari dan berapa reka’at sebaiknya shalat
malam dilakukan ?). maka ketahuilah sesungguhnya RasuluLlah SAW tidak
mengajarkan dalam shalat tahajud akan bacaan surah-surah tertentu, akan tetapi
baik juga dilakukan dengan membacanya sedikit demi sedikit ketika berdiri
melakukan shalat sehingga dapat khatam dalam satu bulan, atau kurang
atau lebih tergantung dari kemampuan. Adapun bikangan reka’at maka banyaknya
adalah sebagaimana RasuluLlah SAW mendirikan shalat malam yaiut 13 reka’at, dan
yang sedang bisa 9 atau 7 reka’at. Akan tetapi kebanyakan yang diajarkan adalah
11 reka’at . dan disunahkan ketika bangun dari tidur hendaklah engkau mengusap
wajah dengan tangan seraya mengucapkan kalimat, “AlhamduliLlaahilladzii
ahyanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaiHinnusyuur”. Yang artinya, “Segala puji
bagi Allah yang telah manghidupkan aku setelah kematianku dan kepadaNyalah
tempat kembali”. Dan kemudian membaca Inna fii kholqissamaawaati wal ardhi
wakhtilaafillaili wannahaari la aayaatill li ulul albaab……dan seterusnya sampai
akhir surah.
Kemudian setelah itu bangun dari tepat tidur
lalu ber wudhu dengan wudhu yang sempurna, kemudian shalat dua rekaat
secara ringkas (tidak terlalu panjang) syukril wudhu, kemudian
shalatlah setelah itu delapan reka’at dengan memanjangkannya, dengan salam pada
setiap dua reka’at atau setiap empat reka’at, atau sekaligus delapan reka’at
dengan satu salam. Dan apabila masih dirasa mampu, maka berdirilah
mengerjakan shalat sunah menurut kemampuanmu, kemudian shalatlah tiga reka’at
dengan niat mengerjakan shalat witir dengan sekali salam atau dua kali
salam. Dan bacalah pada reka’at awwal surah Sabbihisma
Robbikal A’la, dan reka’at ke dua surah Qulyaa ayyuhal kaafiruun,
dan reka’at yang ke tiga surah Ikhlash dan Muawwidzatain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar